Monday, September 20, 2010

Bermain dengan Pelepah Daun Pisang




Setelah daun pisang dipotong maka yang tertinggal adalah pelepahnya. Ternyata pelepah daun pisang juga bisa dipakai sebagai alat bermain. Caranya mungkin bermacam-macam, tergantung pengalaman masa kecil dan kreativitas orang tua.

Kali ini pelepah pisang dipotong kurang lebih 80cm, lalu bagian atasnya di'kelupas' kurang lebih 10cm, tetapi tidak sampai putus. Hasilnya ada kurang lebih 5-6 bagian yang dikelupas. Bagian itu bisa ditarik sampai tegak lurus, lalu ditutup secara serempak dengan menggerakkan tangan dari atas ke bawah/dari belakang ke depan. Hasilnya, terdengar bunyi yang belum pernah didengar sebelumnya :).

Selamat mencoba..

Tuesday, September 14, 2010

Menganyam Daun Pisang



Dahulu daun pisang biasa digunakan untuk berbagai kebutuhan, antara lain sebagai pembungkus tempe, kue-kue dan makanan lainnya. Sekarang ini sudah jarang terlihat orang-orang menggunakan daun pisang sebagai alat pembungkus ataupun keperluan lain.

Ketika berjalan-jalan di kebun di pojok blok rumah kami, kami melihat setumpuk daun pisang yang baru dipotong. Saya mengajak anak-anak mengambil beberapa lembar untuk dibawa pulang.

Di rumah, Kasih mulai memotong daun pisang tersebut menjadi beberapa bagian dan membelah lembaran daun itu menjadi berukuran 1 cm. Setelah itu dia mulai menganyamnya menjadi berbagai bentuk benda.

Dengan bahan-bahan yang sederhana dan dapat diperoleh dengan gratis, anak-anak bisa bermain dan belajar dengan cara yang menyenangkan.

Sunday, September 12, 2010

Belajar di Alam Terbuka





Salah satu keinginan yang sulit terlaksana adalah bermain di alam terbuka yang masih alami, karena kami tinggal di perumahan dan 'alam terbuka' yang paling mudah dijangkau adalah lahan kecil di pojok blok atau halaman rumah kosong. Tapi hal itu tidak mengurangi semangat anak-anak kalau diajak bermain di luar.

Hari itu saya mengajak anak-anak melihat-lihat halaman rumah kosong di depan rumah kami. Mereka mengamati banyak hal, seperti kupu-kupu, lebah, dan tanaman-tanaman yang tumbuh di sana.

Sekalipun waktunya singkat dan hanya sedikit yang dapat dilihat, mereka tetap senang bermain di luar rumah, selayaknya anak-anak yang lain :).

Belajar Sambil Mandi: Belajar Tentang Warna



Saat-saat mandi merupakan saat yang sulit bagi saya, karena Anugrah sering menolak untuk mandi dengan berbagai alasan. Sering kali kemarahan yang muncul ketika berkali-kali mengajaknya mandi tetapi Anugrah lebih suka melakukan hal lain.

Saya berusaha memutar otak agar Anugrah mau diajak mandi, dan akhirnya berpikir mungkin dia mau mandi kalau ada hal menarik yang bisa dilakukan sambil mandi.

Anugrah senang dengan buku-buku Winnie The Pooh yang menceritakan tentang warna, dan buku itu memberi ide untuk belajar tentang warna.

Saya menuangkan beberapa tetes pewarna makanan ke dalam mangkuk, dengan menggunakan 3 warna dasar (merah, kuning, dan biru), tapi Anugrah meminta untuk ditambah warna hijau, dan saya mengalah :) supaya dia mau mandi. Kemudian saya sediakan beberapa mangkuk lagi untuk wadah mereka mencampur warna-warna tersebut. Sambil mandi, dia dan kakaknya mencampur warna-warna dasar menjadi warna baru. Saat mandi jadi penuh dengan kegembiraan.

Ketika ditanya warna-warna apa saja yang terjadi ketika warna yang satu dicampur dengan warna yang lain, Anugrah masih kesulitan menjawabnya, baru setelah berkali-kali dicoba, dia mulai menyebutkan warna-warna hasil pencampuran itu.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...