Bulan Januari 2018 adalah salah satu bulan bersejarah untuk perkembangan diri Kasih. Beberapa waktu yang lalu ayah Kasih, Kasih, dan saya mendiskusikan bagaimana caranya supaya talenta piano Kasih bisa bermanfaat bagi orang lain. Ayah mengusulkan agar Kasih mulai mengajar adik-adik yang mau belajar piano. Ayah bilang nanti akan menanyakan ke temannya yang punya anak, apakah anaknya mau belajar piano.
Singkat cerita, bulan Januari ini Kasih punya satu murid, namanya Sarah. Dia anak teman ayah. Kasih melatih Sarah bermain piano di tempat kakek Sarah. Ayah dan bunda bergantian mengantar ke sana beberapa kali, sampai Kasih bisa berangkat sendiri dengan angkot atau ojek online.
Semoga ini menjadi langkah awal yang mengarah ke tujuan hidup yang dirancangkan Tuhan untukmu ya, nak.
Tuesday, January 30, 2018
Wednesday, June 5, 2013
Berempati dan Saling Membantu
Sore itu udara cerah sekali. Anugrah dan Kasih bermain bersama beberapa teman. Mereka berkejar-kejaran, naik sepeda, bermain mobil-mobilan, memanjat pohon dan lain-lain.
Ketika waktunya berpisah, anak-anak kembali ke rumah masing-masing. Anak-anak melanjutkan aktivitas mereka di rumah, sementara bunda menyiapkan makan malam.
Tiba-tiba di depan rumah terdengar orang memanggil. Ternyata ibu dari salah seorang teman Nugrah masih di sana bersama anaknya. Saya segera keluar rumah dan bertanya, "Ada apa, bu?" Lalu dijawab, "Ada yang lihat mainan G? katanya tadi dimainkan oleh J." Terlihat wajah G (anak ibu itu) sangat sedih. Mendengar itu saya mengajak anak-anak untuk mencari mainan itu bersama-sama.
Kami menyusuri tempat-tempat mereka bermain tadi. Walaupun hari mulai gelap, kami masih bisa melihat dan berusaha mencari. Saya bertanya, "Masih ingat nggak ditaruh di mana?", kepada J, salah satu teman Nugrah. "J tadi taruh di dekat tangga", kata anak itu. Kami pun segera menuju ke tempat yang disebutkan oleh J.
"Nggak enak nih, jadi ngerepotin," kata ibu G sambil menggandeng anaknya. "Tapi mainan itu mainan kesayangannya, dia sampai merengek-rengek waktu minta mainan itu." "Nggak apa-apa kok, kataku, "biar anak-anak belajar bertanggung jawab juga."
Ketika tiba di tempat itu, kami langsung mencari dan akhirnya mainan itu ditemukan. G terlihat senang sekali, dan kami juga merasa lega. Akhirnya kami semua saling berpamitan dan pulang ke rumah masing-masing.
Kejadian itu menjadi renungan bagi saya bahwa kesempatan untuk berempati dan saling membantu merupakan hal yang langka saat ini. Orang cenderung lebih suka sendiri dan merasa sungkan untuk meminta bantuan orang lain. Dunia sudah terkotak-kotak sehingga orang lebih suka berusaha sendiri dan yang lain tidak berani membantu walaupun mereka melihat orang itu sudah susah payah.
Peristiwa kemarin merupakan kesempatan bagi kami dan anak-anak untuk belajar berempati dan memberikan bantuan kepada teman yang sedang mengalami persoalan. Bersyukur kami bisa melakukannya dan mengikutsertakan anak-anak di dalamnya. Saya berharap kami bisa mendapat kesempatan lebih banyak untuk melakukan hal ini, bukan hanya kepada orang-orang yang kami kenal, tapi juga kepada orang lain.
Sumber gambar: di sini
Ketika waktunya berpisah, anak-anak kembali ke rumah masing-masing. Anak-anak melanjutkan aktivitas mereka di rumah, sementara bunda menyiapkan makan malam.
Tiba-tiba di depan rumah terdengar orang memanggil. Ternyata ibu dari salah seorang teman Nugrah masih di sana bersama anaknya. Saya segera keluar rumah dan bertanya, "Ada apa, bu?" Lalu dijawab, "Ada yang lihat mainan G? katanya tadi dimainkan oleh J." Terlihat wajah G (anak ibu itu) sangat sedih. Mendengar itu saya mengajak anak-anak untuk mencari mainan itu bersama-sama.
Kami menyusuri tempat-tempat mereka bermain tadi. Walaupun hari mulai gelap, kami masih bisa melihat dan berusaha mencari. Saya bertanya, "Masih ingat nggak ditaruh di mana?", kepada J, salah satu teman Nugrah. "J tadi taruh di dekat tangga", kata anak itu. Kami pun segera menuju ke tempat yang disebutkan oleh J.
"Nggak enak nih, jadi ngerepotin," kata ibu G sambil menggandeng anaknya. "Tapi mainan itu mainan kesayangannya, dia sampai merengek-rengek waktu minta mainan itu." "Nggak apa-apa kok, kataku, "biar anak-anak belajar bertanggung jawab juga."
Ketika tiba di tempat itu, kami langsung mencari dan akhirnya mainan itu ditemukan. G terlihat senang sekali, dan kami juga merasa lega. Akhirnya kami semua saling berpamitan dan pulang ke rumah masing-masing.
Kejadian itu menjadi renungan bagi saya bahwa kesempatan untuk berempati dan saling membantu merupakan hal yang langka saat ini. Orang cenderung lebih suka sendiri dan merasa sungkan untuk meminta bantuan orang lain. Dunia sudah terkotak-kotak sehingga orang lebih suka berusaha sendiri dan yang lain tidak berani membantu walaupun mereka melihat orang itu sudah susah payah.
Peristiwa kemarin merupakan kesempatan bagi kami dan anak-anak untuk belajar berempati dan memberikan bantuan kepada teman yang sedang mengalami persoalan. Bersyukur kami bisa melakukannya dan mengikutsertakan anak-anak di dalamnya. Saya berharap kami bisa mendapat kesempatan lebih banyak untuk melakukan hal ini, bukan hanya kepada orang-orang yang kami kenal, tapi juga kepada orang lain.
Sumber gambar: di sini
Subscribe to:
Posts (Atom)