Thursday, August 11, 2011

Belajar Menulis Tangan


Awal belajar menulis, kami menyediakan buku kotak-kotak untuk Kasih, lalu memintanya menulis setiap huruf di dalam setiap kotak sampai semua kotak terisi penuh di halaman tersebut. Saat itu merupakan saat yang cukup berat, karena sering kali kotak-kotak itu tidak terisi penuh.

Pelan-pelan saya mengajarkan huruf menulis sambung dengan menuliskan satu kalimat pada halaman buku tulis halus. Akhirnya Kasih bisa menulis huruf sambung dan menulis beberapa kalimat dengan meniru tulisan saya. Horeee...!

Selanjutnya, kami mendapat ide untuk menyuruhnya menulis cerita. Ternyata lebih berat lagi, karena Kasih tidak menuliskan satu huruf pun. Dia hanya diam dan memandang buku tulisnya yang masih kosong. Ibunya pun stress :(.

Beberapa waktu kemudian, Kasih mulai suka membaca Kitab Suci sendiri secara rutin, dan itu memberi ide kepada kami. Kami memintanya untuk menuliskan satu ayat yang dibacanya pada hari itu di buku tulisnya. Yess! Berhasil! Dia mulai menulis dengan gembira, dan kesediaannya menulis sangat menggembirakan hati kami.

Setelah itu, Kasih mulai suka membaca novel-novel karya Enid Blyton, seperti Malory Towers, St. Clare, dan Lima Sekawan. Dapat ide lagi nih! Setelah berdiskusi dan disetujui olehnya, akhirnya Kasih mulai menuliskan kembali isi cerita dari buku tersebut. Satu halaman setiap kali menulis, dan kelihatannya itu menjadi kegiatan rutin yang cukup menyenangkan baginya.

Demikian perjalanan homeschooling kami dalam menolong anak kami yang pertama belajar menulis. Bukan bermaksud menyombong, hanya ingin berbagi pengalaman. Satu hal yang saya belajar, anak akan belajar pada saat dia siap, dan orang tua tidak bisa mengkarbit/memaksa ketika dia belum siap. Bagian kita hanya memfasilitasi dan memberi stimulus.

Masih banyak pe-er buat saya, terutama supaya Kasih bisa menuangkan pikiran secara tulisan dalam sebuah cerita. Jalan masih panjang..

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...